Minggu, 11 Agustus 2013

Tugas ESSAY nih... Mau?





KETIKA HUJAN DI KOTA MINYAK



Ketika Hujan di Kota Minyak
Sebagai warga Balikpapan, saya sendiri sering mengalami masalah-masalah saat hujan deras mengguyur kota BERIMAN ini. Mungkin sebagian orang mengira, bahwa kota Balikpapan adalah kota yang indah, aman dan tenteram, serta bebas dari bencana banjir, tapi mereka salah. Mungkin, kerika hujan dengan intensitas rendah, Balikpapan tidak akan mengalami hal semacam itu, tetapi saat hujan dengan intensitas tinggi dengan waktu yang relatif lama, bencana banjir tersebut akan terjadi.
Waktu hujannn !!!! wakyunya bencana!!!
Balikpapan memang memiliki intensitas hujan yang relatif tinggi dan tidak dapat deperkirakan merupakan faktor alam penyebab dari masalah ini. Adapun faktor lain, yaitu karena Balikpapan merupakan salah satu kota industy, hal ini menyebabkan banyaknya penduduk luar daerah yang tinggal dan menetap di Balikpapan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Hal ini menyebabkan penyempitan lahan resapan air dan juga penebangan hutan secara ilegal untuk memenuhi kebutuhan papan bagi penduduk pendatang tersebut.
Manusia lagi..... mungkin tidak pernah kita mendengar hewan yang melakukan bencana seperti ini bukan? Mengapa? Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.. mungkin mereka tahu.
Pembangunan perumahan oleh developer telah merusak dan menggusur banyak drainase alam dan merubah topografi, fisiografi dan tata guna  lahan, memberikan kontribusi signifikan terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga banjir dan tanah longsor merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, serta menjadi masalah klasik Kota Balikpapan, karena hingga saat ini belum dapat ditanggulangi, bahkan tampak semakin parah.

Sebagai contoh, lokasi Rumah Sakit Lama atau Puskib telah dirobohkan guna membuat Ruang Terbuka Hijau tengah kota untuk meminimalisir polusi udara yang berlebihan. Selang beberapa waktu, ruang terbuka hijau tersebut malah digusur dan dibangun Mall
Apakah maksud pemerintah ini???
Setelah ditelusuri, Dewan DPR mengatakan bahwa Mall yang akan dibangun ini akan memberikan pendapatan yang sangat besar, karena lokasinya yang sangat strategis...
Udara Bersih tidak dapat dibeli kan? Banjir yang terjadi di Balikpapan malah menyebabkan pengeluaran yang besar untuk menanggulanginya kan pak???

Ini merupakan masalah serius yang harus diperhatikan oleh pemerintah kota, dan merupakan masalah yang besar pula untuk seluruh warga kota. Pemerintah harus lebih cepat bertindak untuk menangani masalah ini.. BUKAN HANYA JANJI SEMATA

 Sebagai contoh, Sudardji, warga kecamatan Balikpapan Selatan mengungkapkan,
Anggaran mengatasi banjir dari tahun ke tahun terus digulirkan tapi belum bisa tuntas, sebagai warga masyarakat tentunya kami berhak bertanya dimana kendala sehingga pemkot Balikpapan benar-benar kesulitan mengatasi banjir di Balikpapan, kalau terus dibiarkan maka ancaman banjir akan lebih melebar lagi
Mana janji-janji pemerintah selama ini? Mana? Mana? Mana?
Apakah semua ini Cuma ucapan manis belaka? Atau hanya mencari dana untuk pemerintah sendiri?
Apakah pemerintah tidak memiliki hati, mereka tidur kasur yang empuk dan rumah yang nyaman sementara banyak warga di luar sana yang kedinginan tidur di tenda pengungsian dan berdesak-desakan?
DIMANA  HATI PARA PEJABAT TINGGI? DIMANA SLOGAN RAKYAT ADALAH AKU DAN AKU ADALAH RAKYAT?
Pemerintah harus lebih bisa mengintorspeksi diri kembali, karena hanya ditangan merekalah semua permasalahan ini berakhir.  Dana yang besar (sangat besar apabila bitukarkan dengan CENDOL ) seharusnya bisa digunakan untuk menunjang perbaikan-perbaikan yang dianggap perlu, bukan mengadakan proyek dengan dana yang besar untuk dihabiskan untuk para pejabat dan kelompok-kelompoknya.
Sebaiknya dana yang ada sekarang ( dan masa lalu apabila ada sisa, tetapi saya pikir sudah habis di perut-perut buncit para petinggi pemerintah ) digunakan untuk penelitian banjir di lapangan, misalnya dengan membangun alat ukur weir Thompson pada catchment- catchment area yang berpotensi menimbulkan banjir untuk mengukur debit banjir ( bukan debit-debit uang di bank ) dan sedimentasi yang sesungguhnya terjadi di lapangan pada saat hujan lebat turun bukan atas dasar prakiraan teoritis, memasang alat penakar hujan automatis pada hulu daerah-daerah aliran untuk menghitung energi potensial hujan  yang  berubah menjadi energi kinetik aliran permukaan, meneliti dan mengukur tingkat erosivitas hujan yaitu kemampuan energi hujan untuk menimbulkan erosi, dan erodibilitas tanah yaitu kemampuan tanah untuk menahan laju erosi.

Dengan memiliki data-data penelitian tersebut, baru dapat direncanakan kapasitas saluran drainase dan bozem yang sesuai dengan debit banjir dan laju sedimentasi di lapangan, serta penanggulangan banjir dan pengelolaan daerah aliran secara terpadu.

 Seharusnya pada saat ini masyarakat Kota Balikpapan sudah dapat menikmati kota yang bebas banjir, ( dan pejabat menikmati dana dari bencana banjir ) karena sudah banyak penduduk dan warga (terutama dari kalangan bawah yang selalu terkena bencana banjir ) menyarankan kepada pemerintah kota dan kepala Bappeda Edy Sutopo sejak tahun 1980-an, mulai pemerintah kota di bawah kepemimpinan Syarifudin Yoes (alm) sampai Imdaad Hamid, akan tetapi kurang mendapat respon dan perhatian.

Meskipun sebenarnya saat ini agak terlambat, tapi lebih baik dimulai dari sekarang daripada tidak sama sekali, karena alat pengukur debit banjir, penakar hujan automatis, dan data-data penelitian tersebut sangat diperlukan bagi perencanaan banjir Kota Balikpapan hingga 20-30 tahun mendatang.

Selama ini para perencana banjir kurang memahami filosofi air hujan dan kondisi tanah di Kota Balikpapan, (karena yang mereka tahu adalah dana dan dana saja) sehingga hasil perencanaannya seperti
  bozem, saluran drainase dan sebagainya gagal menanggulangi banjir (dan juga kekurangan dana adalah salah satunya) di samping itu konversi tata guna lahan, RTRK/RTRW yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air memiliki kontribusi signifikan terhadap banjir dan tanah longsor di Kota Balikpapan. Tidak adanya  penelitian di lapangan, serta data curah hujan yang kurang representatif, menjadikan perencanaan banjir kurang akurat. Tanpa menyadari kekeliruan dan belajar dari kegagalan-kegagalan di waktu lalu, serta tidak memiliki kemauan memperbaikinya dengan metode penanggulangan banjir yang lebih efektif, maka mustahil ditemukan solusi terbaik dalam menanggulangi banjir dan tanah longsor di Kota Balikpapan.  Pepatah klasik mengatakan: Pengalaman adalah Guru Terbaik.
Dengan demikian, berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masa lalu, mengenai hal-hal yang kurang berpengaruh dalam program-program penanggulangan banjir ini, diharapkan pemerintah kota beserta tim-tim yang mengurusi masalah bencana banjir ini agar dapat meningkatkan mutu dalam pengerjaannya agar program-program tersebut dapat segera terealisasikan, bukan hanya membuat program-program untuk mengajukan dana merealisasikannya dan pada ujungnya akan dikorupsi dan program yang direncanakanpun gagal.

Mohon maaf jika saya terlalu banyak menyinggung pemerintah dalam essay saya, saya harap bagi pemerintah kota yang membacanya dapat mengintrospeksi diri lagi.

0 komentar:

Posting Komentar