Tugas ESSAY nih... Mau?
Sebagai warga Balikpapan, saya sendiri sering mengalami
masalah-masalah saat hujan deras mengguyur kota BERIMAN ini. Mungkin sebagian
orang mengira, bahwa kota Balikpapan adalah kota yang indah, aman dan tenteram,
serta bebas dari bencana banjir, tapi mereka salah. Mungkin, kerika hujan
dengan intensitas rendah, Balikpapan tidak akan mengalami hal semacam itu,
tetapi saat hujan dengan intensitas tinggi dengan waktu yang relatif lama,
bencana banjir tersebut akan terjadi.
Waktu hujannn !!!! wakyunya bencana!!!
Balikpapan memang memiliki intensitas hujan yang relatif
tinggi dan tidak dapat deperkirakan merupakan faktor alam penyebab dari masalah
ini. Adapun faktor lain, yaitu karena Balikpapan merupakan salah satu kota
industy, hal ini menyebabkan banyaknya penduduk luar daerah yang tinggal dan
menetap di Balikpapan untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Hal ini
menyebabkan penyempitan lahan resapan air dan juga penebangan hutan secara
ilegal untuk memenuhi kebutuhan “papan” bagi penduduk pendatang tersebut.
Manusia
lagi..... mungkin tidak pernah kita mendengar hewan yang melakukan bencana
seperti ini bukan? Mengapa? Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang..
mungkin mereka tahu.
Pembangunan perumahan
oleh developer telah merusak dan menggusur banyak drainase alam dan merubah
topografi, fisiografi dan tata guna lahan, memberikan kontribusi
signifikan terhadap kerusakan lingkungan. Sehingga banjir dan tanah longsor
merupakan konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, serta menjadi masalah
klasik Kota Balikpapan, karena hingga saat ini belum dapat ditanggulangi, bahkan
tampak semakin parah.
Sebagai contoh, lokasi Rumah Sakit Lama atau Puskib telah
dirobohkan guna membuat Ruang Terbuka Hijau tengah kota untuk meminimalisir
polusi udara yang berlebihan. Selang beberapa waktu, ruang terbuka hijau
tersebut malah digusur dan dibangun Mall
Apakah
maksud pemerintah ini???
Setelah ditelusuri, Dewan DPR mengatakan bahwa Mall yang akan
dibangun ini akan memberikan pendapatan yang sangat besar, karena lokasinya
yang sangat strategis...
Udara Bersih tidak dapat dibeli kan? Banjir yang terjadi di
Balikpapan malah menyebabkan pengeluaran yang besar untuk menanggulanginya kan
pak???
Ini merupakan masalah serius yang harus diperhatikan oleh
pemerintah kota, dan merupakan masalah yang besar pula untuk seluruh warga
kota. Pemerintah harus lebih cepat bertindak untuk menangani masalah ini.. BUKAN HANYA JANJI SEMATA
Sebagai contoh, Sudardji, warga kecamatan Balikpapan Selatan mengungkapkan, “Anggaran mengatasi banjir dari tahun ke tahun terus digulirkan tapi belum bisa tuntas, sebagai warga masyarakat tentunya kami berhak bertanya dimana kendala sehingga pemkot Balikpapan benar-benar kesulitan mengatasi banjir di Balikpapan, kalau terus dibiarkan maka ancaman banjir akan lebih melebar lagi”
Sebagai contoh, Sudardji, warga kecamatan Balikpapan Selatan mengungkapkan, “Anggaran mengatasi banjir dari tahun ke tahun terus digulirkan tapi belum bisa tuntas, sebagai warga masyarakat tentunya kami berhak bertanya dimana kendala sehingga pemkot Balikpapan benar-benar kesulitan mengatasi banjir di Balikpapan, kalau terus dibiarkan maka ancaman banjir akan lebih melebar lagi”
Mana janji-janji pemerintah selama ini? Mana?
Mana? Mana?
Apakah semua ini Cuma ucapan manis belaka? Atau hanya mencari dana untuk pemerintah sendiri?
Apakah semua ini Cuma ucapan manis belaka? Atau hanya mencari dana untuk pemerintah sendiri?
Apakah pemerintah tidak memiliki
hati, mereka tidur kasur yang empuk dan rumah yang nyaman sementara banyak
warga di luar sana yang kedinginan tidur di tenda pengungsian dan
berdesak-desakan?
DIMANA HATI PARA PEJABAT TINGGI? DIMANA SLOGAN “RAKYAT
ADALAH AKU DAN AKU ADALAH RAKYAT”?
Pemerintah harus lebih bisa
mengintorspeksi diri kembali, karena hanya ditangan merekalah semua permasalahan
ini berakhir. Dana yang besar (sangat besar apabila bitukarkan dengan
CENDOL ) seharusnya bisa digunakan untuk menunjang perbaikan-perbaikan yang
dianggap perlu, bukan mengadakan proyek dengan dana yang besar untuk dihabiskan
untuk para pejabat dan kelompok-kelompoknya.
Sebaiknya dana yang ada
sekarang ( dan masa lalu apabila ada
sisa, tetapi saya pikir sudah habis di perut-perut buncit para petinggi
pemerintah ) digunakan untuk penelitian banjir di lapangan, misalnya dengan
membangun alat ukur weir Thompson pada catchment- catchment area yang
berpotensi menimbulkan banjir untuk mengukur debit banjir ( bukan debit-debit uang di bank ) dan
sedimentasi yang sesungguhnya terjadi di lapangan pada saat hujan lebat turun
bukan atas dasar prakiraan teoritis, memasang alat penakar hujan automatis pada
hulu daerah-daerah aliran untuk menghitung energi potensial hujan yang berubah
menjadi energi kinetik aliran permukaan, meneliti dan mengukur tingkat
erosivitas hujan yaitu kemampuan energi hujan untuk menimbulkan erosi, dan
erodibilitas tanah yaitu kemampuan tanah untuk menahan laju erosi.
Dengan memiliki data-data penelitian tersebut, baru dapat direncanakan kapasitas saluran drainase dan bozem yang sesuai dengan debit banjir dan laju sedimentasi di lapangan, serta penanggulangan banjir dan pengelolaan daerah aliran secara terpadu.
Dengan memiliki data-data penelitian tersebut, baru dapat direncanakan kapasitas saluran drainase dan bozem yang sesuai dengan debit banjir dan laju sedimentasi di lapangan, serta penanggulangan banjir dan pengelolaan daerah aliran secara terpadu.
Seharusnya pada saat ini masyarakat Kota
Balikpapan sudah dapat menikmati kota yang bebas banjir, ( dan pejabat menikmati dana dari bencana banjir ) karena sudah
banyak penduduk dan warga (terutama dari
kalangan bawah yang selalu terkena bencana banjir ) menyarankan kepada
pemerintah kota dan kepala Bappeda Edy Sutopo sejak tahun 1980-an, mulai
pemerintah kota di bawah kepemimpinan Syarifudin Yoes (alm) sampai Imdaad
Hamid, akan tetapi kurang mendapat respon dan perhatian.
Meskipun sebenarnya saat ini agak terlambat, tapi lebih baik dimulai dari sekarang daripada tidak sama sekali, karena alat pengukur debit banjir, penakar hujan automatis, dan data-data penelitian tersebut sangat diperlukan bagi perencanaan banjir Kota Balikpapan hingga 20-30 tahun mendatang.
Selama ini para perencana banjir kurang memahami filosofi air hujan dan kondisi tanah di Kota Balikpapan, (karena yang mereka tahu adalah dana dan dana saja) sehingga hasil perencanaannya seperti bozem, saluran drainase dan sebagainya gagal menanggulangi banjir (dan juga kekurangan dana adalah salah satunya) di samping itu konversi tata guna lahan, RTRK/RTRW yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air memiliki kontribusi signifikan terhadap banjir dan tanah longsor di Kota Balikpapan. Tidak adanya penelitian di lapangan, serta data curah hujan yang kurang representatif, menjadikan perencanaan banjir kurang akurat. Tanpa menyadari kekeliruan dan belajar dari kegagalan-kegagalan di waktu lalu, serta tidak memiliki kemauan memperbaikinya dengan metode penanggulangan banjir yang lebih efektif, maka mustahil ditemukan solusi terbaik dalam menanggulangi banjir dan tanah longsor di Kota Balikpapan. Pepatah klasik mengatakan: Pengalaman adalah Guru Terbaik.
Meskipun sebenarnya saat ini agak terlambat, tapi lebih baik dimulai dari sekarang daripada tidak sama sekali, karena alat pengukur debit banjir, penakar hujan automatis, dan data-data penelitian tersebut sangat diperlukan bagi perencanaan banjir Kota Balikpapan hingga 20-30 tahun mendatang.
Selama ini para perencana banjir kurang memahami filosofi air hujan dan kondisi tanah di Kota Balikpapan, (karena yang mereka tahu adalah dana dan dana saja) sehingga hasil perencanaannya seperti bozem, saluran drainase dan sebagainya gagal menanggulangi banjir (dan juga kekurangan dana adalah salah satunya) di samping itu konversi tata guna lahan, RTRK/RTRW yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air memiliki kontribusi signifikan terhadap banjir dan tanah longsor di Kota Balikpapan. Tidak adanya penelitian di lapangan, serta data curah hujan yang kurang representatif, menjadikan perencanaan banjir kurang akurat. Tanpa menyadari kekeliruan dan belajar dari kegagalan-kegagalan di waktu lalu, serta tidak memiliki kemauan memperbaikinya dengan metode penanggulangan banjir yang lebih efektif, maka mustahil ditemukan solusi terbaik dalam menanggulangi banjir dan tanah longsor di Kota Balikpapan. Pepatah klasik mengatakan: Pengalaman adalah Guru Terbaik.
Dengan demikian,
berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masa lalu, mengenai hal-hal yang kurang
berpengaruh dalam program-program penanggulangan banjir ini, diharapkan
pemerintah kota beserta tim-tim yang mengurusi masalah bencana banjir ini agar
dapat meningkatkan mutu dalam pengerjaannya agar program-program tersebut dapat
segera terealisasikan, bukan hanya membuat program-program untuk mengajukan
dana merealisasikannya dan pada ujungnya akan dikorupsi dan program yang
direncanakanpun gagal.
Mohon maaf jika saya
terlalu banyak menyinggung pemerintah dalam essay saya, saya harap bagi
pemerintah kota yang membacanya dapat mengintrospeksi diri lagi.
0 komentar:
Posting Komentar